Bukan Kaleng-Kaleng, Perjalanan Haji Raja Mali Mansa Musa: Bagikan Ribuan Emas Batangan



Haji Mansa Musa dan rakyatnya (ilustrasi). Bukan Kaleng-Kaleng, Perjalanan Haji Raja Mali Mansa Musa: Bagikan Ribuan Emas Batangan

Teraspojok.com, JAKARTA — Mansa Musa adalah cicit dari Sunjata, yang merupakan pendiri kerajaan Mali. Pada 1312, Mansa Musa menjadi Raja menggantikan pendahulunya Abu Bakr II, seorang raja ambisius yang menghilang saat dia ingin melakukan penaklukan dengan menyeberangi ujung lautan Samudera Atlantik.

Di dalam kepemimpinan Mansa Musa, kerajaan Mali tumbuh subur, makmur, bahkan perekonomian pun tumbuh pesat. Ini juga dirasakan oleh hampir seluruh rakyatnya. Sehingga kepemimpinannya yang berlangsung selama 25 tahun lamanya itu (1312–1337 M) digambarkan juga sebagai zaman keemasan kekaisaran Mali.

Sementara Sunjata fokus membangun kerajaan etnis Malinke, Mansa Musa mengembangkan dan memperluas ajaran Islam di seluruh wilayah kekuasaannya.

Dilansir dari About Islam, Jumat (16/6/2023), menurut sejarawan Nehemia Levtzion, Mansa Musa melakukan perjalanan haji pada 1324. Perjalanan hajinya melintasi Afrika ke Makkah memakan waktu lebih dari setahun.

Untuk mencapai Makkah, Mansa Musa menyusuri Sungai Niger ke Mema, lalu ke Walata, lalu lewat Taghaza, dan terus ke Tuat, yang merupakan pusat perdagangan di Afrika tengah. Iring-iringan rombongan Mansa Musa tentu saja menarik pedagang dari jauh seperti Majorca dan Mesir, dan para pedagangnya termasuk orang Yahudi dan juga Muslim.

Sesampainya di Mesir, Mansa Musa berkemah di dekat piramida selama tiga hari. Ia kemudian mengirimkan hadiah sebesar 50 ribu dinar kepada Sultan Mesir sebelum menetap di Kairo selama tiga bulan.

Sultan Kairo meminjamkan istana musim panasnya dan memastikan rombongan Mansa Musa diperlakukan dengan baik. Mansa Musa memberikan…






Source link