Jakarta – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi rencana The Sandi Group Global Holdings (TSG GH) berinvestasi di Indonesia. Adapun sektor yang dilirik yakni mulai dari infrastruktur hingga pertambangan nikel.
Hal tersebut diungkapkan olehnya saat bertemu dengan TSG GH seperti Chairman and CEO Rubar Sandi, Executive Vice President Russell Hugo, serta Chief Technology Office Kamran Atri.
Menurut Bamsoet, ketertarikan investor terhadap sektor pertambangan nikel tidak terlepas dari pelarangan ekspor bijih nikel yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo sejak 1 Januari 2020. Melalui aturan tersebut, Indonesia mendapatkan banyak keuntungan salah satunya memberikan nilai tambah terhadap komoditas nikel.
“Karena pelarangan tersebut, akhirnya berbagai perusahaan besar dunia harus membangun pabrik pengolahan nikel di Indonesia. Salah satunya akan dilakukan oleh TSG GH. Berdasarkan laporan Peluang Investasi Nikel Indonesia dari Kementerian ESDM, jumlah izin usaha pertambangan dan operasi produksi (IUP OP) dan smelter nikel yang sudah beroperasi di Indonesia hingga tahun 2020 mencapai 323 izin. Tersebar di lima wilayah, seperti di Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Dari ke-5 wilayah tersebut, sekitar 84 persen perizinan berada di Sulawesi, sehingga bisa dikatakan Sulawesi merupakan sentra nikel terbesar di Indonesia,” kata Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (6/7/2022).
Ia menjelaskan, pada 2020 lalu, TSG GH bersama entitas bisnisnya yaitu PT TSG Utama Indonesia dan Titan Global Capital Pte Ltd menggandeng 10 perusahaan Indonesia termasuk BUMN untuk berkolaborasi melakukan ekspansi bisnis ke Republik Demokratik Kongo, Afrika. Antara lain, bersama WIKA dan LEN, TSG GH akan mengerjakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 200 Megawatt (MW).
“Bersama PT INKA, TSG GH akan menyiapkan pembangunan infrastruktur kereta sepanjang 1.700 km, pembelian rolling stock, hingga Light Rail Transit (LRT) dari kota ke bandara di DRC, Kongo. Bersama Merpati Nusantara Airlines, TSG akan menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan penerbangan di Afrika, khususnya Republik Demokratik Kongo untuk membuka rute pengangkutan kargo Indonesia-Afrika, termasuk kerja sama dalam hal maintenance repair and overhaul (MRO) dan training centre,” katanya.
Berdasarkan data LPEM FEB UI, yang diolah dari Nickel Institute pada 2021, Indonesia menjadi negara kedua setelah Australia dengan sumber daya nikel terbesar di dunia, yakni 33,3 juta ton atau 11 persen. Rusia di posisi keempat dengan 24,4 juta ton atau 8 persen. Sementara dalam cadangan nikel di dunia, Indonesia ada di urutan pertama dengan 21 juta ton atau 23,7 persen.
“Dengan berbagai kekayaan sumber daya nikel tersebut, Indonesia tetap terbuka terhadap masuknya investor dari luar negeri. Terlebih keberadaan UU Cipta Kerja telah memberikan banyak kemudahan bagi para investor dalam mengelola sumber daya alam Indonesia,” tutupnya.
(akn/ega)
Sumber: DetikNews