Rajab, Bulan Persiapan Menuju Ramadhan melalui Peningkatan Ibadah


Teraspojok.com,JAKARTA — Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al Washliyah, Dr KH Masyhuril Khamis menjabarkan apa itu bulan Rajab dan berbagai keutamaannya. Bulan Rajab secara makna adalah bulan yang mulia. Bulan rajab juga salah satu dari empat bulan yang dimuliakan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ [ التوبة: 36]

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (At Taubah ayat 36)

Imam At-Thabari dalam tafsirnya menukil perkataan sahabat Ibnu Abbas RA, perihal kemuliaan yang Allah SWT berikan untuk bulan-bulan haram ini:

 

خصَّ من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حُرُمًا، وعظّم حُرُماتهن، وجعل الذنبَ فيهن أعظم، والعمل الصالح والأجر أعظم.

“Allah SWT memberikan keistimewaan untuk empat bulan haram di antara bulan-bulan yang ada, dan diagungkan kemuliaannya bulan itu, dan menjadikan dosa yang terbuat serta amal ibadah yang dilaksanakan menjadi lebih besar ganjaran dosa dan pahalanya.” (Tafsir At-Thabari 14/238)

Karena itu, di bulan yang dimuliakan ini kita diperintahkan untuk memperbanyak ibadah secara umum dan lebih kuat dalam menahan untuk tidak bermaksiat. Salah satu ibadah yang baik dan bisa dilakukan oleh hampir semua orang di bulan haram atau mulia ini, adalah puasa.

Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan mereka, meriwayatkan hadits dari salah seorang dari suku al-Bahilah:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَنَا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتُكَ عَامَ الْأَوَّلِ قَالَ فَمَا لِي أَرَى جِسْمَكَ نَاحِلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا بِالنَّهَارِ مَا أَكَلْتُهُ إِلَّا بِاللَّيْلِ قَالَ مَنْ أَمَرَكَ أَنْ تُعَذِّبَ نَفْسَكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا بَعْدَهُ قُلْتُ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمَيْنِ بَعْدَهُ قُلْتُ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ وَصُمْ أَشْهُرَ الْحُرُمِ 

“Aku mendatangi Nabi SAW lalu aku berkata kepada beliau, “Wahai Nabi, aku adalah orang yang pernah datang kepadamu di tahun pertama.” Nabi kemudian bertanya, “Kenapa badan kamu menjadi kurus?” Dia menjawab, “Aku –selama ini- tidak makan dalam sehari kecuali malam saja.” Nabi bertanya, “Siapa yang menyuruhmu menyiksa tubuhmu seperti ini?”

Aku –al-Bahiliy- menjawab, “Wahai Nabi, aku ini orang yang kuat bahkan lebih kuat.” Nabi SAW bersabda, “Puasalah bulan sabar –bulan Ramadhan- saja, dan sehari setelahnya!” Lalu aku menjawab, “Aku lebih kuat dari itu ya Nabi!” Nabi menjawab, “Kalau begitu, puasa Ramadhan dan 2 hari setelahnya!” Aku menjawab lagi, “Aku lebih kuat dari itu wahai Nabi!” Nabi berkata, “Kalau begitu, puasa Ramadhan, kemudian 3 hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan haram!”

Kiai Masyhuril menjelaskan, dalam bulan rajab ini juga terdapat satu peristiwa yang sangat monumental dalam Islam, yaitu peristiwa Isra Miraj. Banyak hal yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut. Inti dari Isra Miraj adalah dikukuhkannya tugas utama manusia sebagai hamba di dunia ini, yaitu disyariatkannya ibadah sholat.

“Ibadah sholat adalah ibadah yang paling utama karena akan ditanyakan pertama kali di akhirat,” jelas Kiai Masyhuril.

Nabi bersabda:

((إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ –: اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا)) 

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba di hari kiamat adalah sholatnya. Maka, jika sholatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika sholatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari sholat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari sholat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i)

Dengan demikian, Kiai Masyhuril mengatakan, hal paling penting di kehidupan ini adalah sholat, sehingga jangan pernah merasa tenang dan bangga ketika anak keturunan sukses secara duniawi tapi masih berani meninggalkan sholat.

Begitu pula sebaliknya, meski anak keturunan masih belum mapan, tapi jika sudah disiplin tidak pernah meninggalkan shalat dalam kondisi apapun, maka patut untuk bersyukur kepada Allah.

“Marilah kita jadikan bulan Rajab ini selain sebagai persiapan menuju bulan mulia (Ramadhan), kita jadikan sebagai bulan perbaikan sholat kita dan anak keturunan kita. karena di dalamnya ada peristiwa agung Isra Miraj yang merupakan disyariatkannya sholat 5 waktu,” terangnya.

 





Source link