Erick Thohir Yakin Swasembada Gula juga Bisa Tekan Impor BBM

Menteri BUMN Erick Thohir meninjau pabrik gula PT Industri Gula Glenmore (IGG) yang dikelola PT Perkebunan Nusantara XII di Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (18/9). Foto: Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir meninjau pabrik gula PT Industri Gula Glenmore (IGG) yang dikelola PT Perkebunan Nusantara XII di Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (18/9). Foto: Kementerian BUMN

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut pemerintah berkomitmen mencapai swasembada gula. Selain memenuhi konsumsi dalam negeri, gula juga bisa diolah menjadi produk turunan etanol untuk campuran BBM.

Erick menuturkan, Indonesia sudah menjadi pengimpor BBM sejak tahun 1993. Di sisi lain, jumlah penduduk semakin banyak ditambah daya beli yang semakin tinggi, konsumsi BBM pun akan terus meningkat.

Dia melanjutkan, selain keperluan kendaraan bermotor, BBM juga digunakan untuk industri lain seperti petrokimia, tekstil, hingga obat-obatan. Dengan demikian, pemerintah menggenjot produk substitusi untuk menekan beban impor seperti minyak sawit dan etanol sebagai campuran BBM.

Saat ini, pemerintah sudah menambah kadar campuran sawit dalam solar sebanyak 35 persen (B35) bahkan menuju B40. Selain itu, pemerintah juga menggenjot penggunaan kendaraan listrik yang ditargetkan mencapai 50 persen dari total kendaraan di Indonesia.

Menteri ESDM Arifin Tasrif melepas uji jalan B40 di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (27/7/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
Menteri ESDM Arifin Tasrif melepas uji jalan B40 di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (27/7/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan

"Bapak Presiden akan mengeluarkan Perpres swasembada gula, dulu kita ini raja gula dunia sekarang sudah impor gula, tetapi untuk membangun industri tidak hanya konsumsi tapi juga bisa menjadi turunan etanol," ujarnya saat rilis Lembaga Survei Indonesia, Minggu (22/1).

Erick menuturkan, penggunaan etanol sebagai campuran BBM sudah sukses dilakukan di Brasil, serta di India terobosan campuran etanol untuk bahan bakar sudah mencapai kadar 20 persen.

"Jadi kombinasi antara motor dan mobil listrik, ditambah combustion engine isi BBM bisa B40 dan etanol ini bisa menekan (impor), ketika kita bisa melakukan ini kita bisa tidak ketergantungan terus-terusan kepada BBM yang selalu kita impor hari ini," jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM siap mengembangkan bioetanol 5 persen (E5) untuk campuran BBM dengan menyerap produksi 40.000 kiloliter (KL) bahan bakar nabati (BBN) bioetanol dari tebu.

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo, menilai kemampuan produksi nasional sebesar 40.000 KL untuk campuran E5 masih minim jika dibandingkan total penggunaan BBM di Indonesia.

Dia memaparkan, total kebutuhan atau konsumsi BBM (gasoline) nasional adalah sekitar 40-45 juta KL setiap tahunnya. Dengan demikian, pasokan 40.000 KL dari campuran bioetanol hanya mencakup 0,1 persen dari total kebutuhan.

"Kebetulan pengembangan bioetanol itu tidak ada insentif seperti biodiesel kan, mekanisme APBN juga tidak ada, kalau biodiesel masih ada dari dana sawit (BPDPKS), kalau bioetanol ini tidak ada," jelas Edi.

Di sisi lain, Presiden Jokowi telah menargetkan untuk mewujudkan swasembada gula dalam 5 tahun ke depan dengan membutuhkan lahan kebun tebu seluas 700 ribu hektar. Jokowi mengatakan, Indonesia saat ini baru memiliki kebun tebu kurang lebih seluas 180 ribu hektar.



Sumber: Kumparan