Pilu Petani Milenial di Jabar: Dibanggakan Ridwan Kamil, Kini Dikejar Utang

Petani beraktivitas di persawahan Desa Puca, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (8/1/2022) Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Petani beraktivitas di persawahan Desa Puca, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (8/1/2022) Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO

Program Petani Milenial sering banggakan olah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Program itu bertujuan menciptakan petani muda dan mengatasi krisis pangan.

Namun di balik program itu, terdapat sejumlah masalah pilu yang dihadapi para Petani Milenial.

Hal itu terungkap dari keluhan salah seorang peserta Petani Milenial, Rizky Anggara (21). Akibat mengikuti program itu, dia dan peserta lainnya yang tergabung dalam angkatan pertama program Petani Milenial harus dikejar utang bank.

Rizky sebelumnya mengikuti program tersebut karena tergiur atas program yang ditawarkan. Ketika dibuka, ada 9 ribu milenial yang mendaftar untuk mengikuti program.

Angka itu kemudian diseleksi kembali hingga terkumpul 20 orang Petani Milenial angkatan pertama yang berusia 20 hingga 30 tahun.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil ketika mewisuda ribuan Petani Milenial di Kampus Institut Pertanian Bogor pada Kamis (24/3). Foto: Dok. Humas Pemprov Jabar
Gubernur Jabar Ridwan Kamil ketika mewisuda ribuan Petani Milenial di Kampus Institut Pertanian Bogor pada Kamis (24/3). Foto: Dok. Humas Pemprov Jabar

Mereka yang berasal dari berbagai wilayah di Jabar itu dikumpulkan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, untuk menggarap budidaya tanaman hias. Dari 20 peserta, Rizky ditunjuk menjadi ketua angkatan.

Singkat cerita, proses budidaya tanaman hias dimulai sejak bulan Juli 2021. Tanaman hias yang dibudidaya terdiri dari tanaman jenis Scindapsus Lucens, Amydrium Silver dan Homalomena Frog.

"Selanjutnya mah jadi proses budidaya dari kita bisa dikatakan aman, kalau masalah hama itu wajar," kata dia pada Rabu (1/2).

Selain Pemprov Jabar sebagai penyelenggara program, kata Rizky, ada CV. Minaqu Indonesia sebagai offtaker sekaligus penyedia indukan tanaman dan PT. Agro Jabar sebagai penjamin peminjaman uang ke bank untuk pengadaan indukan tanaman. Sebab, biaya penyelenggaraan program itu tak berasal dari APBD tapi melalui KUR ke bank.

"Misalnya, kan kita dikasih 300 tanaman indukan (oleh CV. Minaqu Indonesia), nah kita perbanyak dari 300 jadi 900 itu hitungan per orang. Nah yang 900 itu nanti dibawa menjadi hasil panen gitu per orang," ucap dia.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil ketika mewisuda ribuan Petani Milenial di Kampus Institut Pertanian Bogor pada Kamis (24/3). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO
Gubernur Jabar Ridwan Kamil ketika mewisuda ribuan Petani Milenial di Kampus Institut Pertanian Bogor pada Kamis (24/3). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO

Selang setahun program berjalan, sambung Rizky, para Petani Milenial itu 4 kali memanen hasil dari budidaya tanaman hias dengan nilai penjualan mencapai angka sekitar Rp 1,3 miliar.

Namun, hasil panen yang harusnya diterima oleh para petani milenial itu tak kunjung dibayar oleh CV. Minaqu Indonesia.

"Sampai sekarang akhirnya si Minaqu ini belum membayar panen kurang lebih Rp 1 miliar," ujar dia.

Di sisi lain, para peserta dikejar utang oleh bank. Menurut Rizky, tiap peserta ditagih utang oleh bank senilai Rp 50,2 juta. Dengan tak dibayarnya hasil panen, dia kebingungan untuk membayarkan utang ke bank. Dia sudah mengadu ke Pemprov Jabar soal permasalahan itu tapi Pemprov Jabar disebutnya seakan lepas tangan.

"Pemprov seakan gak mau tau sama persoalan ini bahkan Pemprov bikin gelombang yang baru sampai gelombang 10, padahal kan yang gelombang yang 1 aja belum beres," papar dia.

"Alhasil, nama kami tercoreng dari perbankan," lanjut dia.

Rizky menyebut, ada salah seorang peserta yang sampai didatangi ke rumahnya oleh pihak bank mengkonfirmasi soal pembayaran utang.

Kini, para peserta dan PT. Agro Jabar melalui pengacaranya sedang berupaya agar CV. Minaqu Indonesia segera membayar uang hasil panen para petani.

"Kalau sumber masalah jelas dari Minaqu, cuma respons dari Pemprov ini yang benar-benar lambat dan bahkan kita kayak berjuang sendiri, kita susah pribadi menghadapi korporat," kata dia.

Subaru XV melintas di depan Gedung Sate Bandung. Foto: dok. Subaru Indonesia
Subaru XV melintas di depan Gedung Sate Bandung. Foto: dok. Subaru Indonesia

Respons Pemprov Jabar

Kepala Biro Perekonomian Pemprov Jabar, Yuke Mauliani Septina, mengatakan ada kendala dalam proses ekspor tanaman hias hasil panen para petani ke negara Eropa yang dilakukan oleh CV. Minaqu Indonesia selaku offtaker. Kendala itu terjadi akibat perang yang berkecamuk antara Ukraina dan Rusia.

"Dari evaluasi yang dilakukan oleh Pemprov Jabar melalui Biro Perekonomian, memang terdapat kendala pemasaran produk tanaman hias. Offtaker yang berkomitmen menyerap produk petani mengalami gagal ekspor karena pasar mereka di Eropa terdampak konflik Rusia-Ukraina," kata dia.

Dengan begitu, pembayaran kepada para petani belum bisa dilakukan oleh offtaker. Yuke menegaskan, Pemprov Jabar tak tinggal diam untuk mengatasi persoalan para petani.

Pemprov Jabar sudah membantu petani menjual tanaman hiasnya melalui berbagai kegiatan pameran hingga mewajibkan para ASN di Pemprov Jabar membeli tanaman hias Petani Milenial.

"Kita dari Pemprov Jabar sudah buat edaran untuk ASN itu harus membeli tanaman hias yang diproduksi oleh Petani Milenial, kita buatkan pameran dan siapkan galerinya, nah itu kita buat," ujar dia.

Terkait dengan tagihan utang ke petani dari bank yakni Bank Jabar Banten (BJB), Yuke mengaku sudah mengkonfirmasi langsung ke pihak BJB. Hasilnya, pihak BJB menegaskan tidak pernah menagih dan mendatangi langsung para Petani Milenial ke rumahnya.

"Saya sudah komunikasi dengan Bank Jabar dan ketemu sama Direktur UMKM-nya yang memang menangani langsung masalah kredit usaha rakyatnya, jadi pernyataan dari pihak Bank Jabar pun mereka tidak pernah melakukan atau mendatangi Petani Milenial secara individu," ujar dia.

Sumber: Kumparan