Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melaporkan laba bersih konsolidasi seluruh BUMN (unaudited) mencapai Rp 303,7 triliun sepanjang tahun lalu. Laba bersih ini naik Rp 179 triliun dari realisasi di 2021 sebesar Rp 125 triliun atau melesat 142 persen.
Erick menuturkan, pencapaian ini juga diiringi oleh peningkatan aset BUMN dari Rp 8.978 triliun menjadi Rp 9.867 triliun dan peningkatan ekuitas dari banyaknya aksi korporasi BUMN dari Rp 2.778 triliun menjadi Rp 3.150 triliun.
Selain itu, dia juga menyebutkan pendapatan BUMN juga meningkat cukup signifikan dari Rp 2.292 triliun menjadi Rp 2.613 triliun. Menurut Erick, lonjakan kinerja keuangan BUMN disebabkan progres transformasi bisnis yang telah dilakukan telah mencapai 70-75 persen.
"Laba bersih ini kembali meningkat sangat signifikan, yaitu ada peningkatan dari Rp 125 triliun, Insya Allah kalau diaudit masih ada kurang lebih mencapai Rp 303,7 triliun, ada peningkatan sangat signifikan Rp 179 triliun," ujarnya saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Senin (13/2).
Erick melanjutkan, terdapat catatan laporan keuangan tersebut bahwa tercantum laba PT Garuda Indonesia (Persero) yang bersifat non-cash sebesar Rp 55,7 triliun. Dengan begitu, total laba bersih BUMN yang cash saja menjadi Rp 248 triliun.
Pemilik grup Mahaka ini bilang klaster BUMN yang paling besar kontribusinya terhadap laba bersih konsolidasi yaitu sektor jasa keuangan, didukung oleh laba PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri, PT Bank Tabungan Negara.
Di sisi lain, dia menuturkan rasio utang terhadap ekuitas BUMN juga menurun imbas dari restrukturisasi dan transformasi bisnis yang gencar dilakukan Erick, yaitu dari 36,2 persen menjadi 34,2 persen.
"Kita tekankan persepsi BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas itu salah, modal kita Rp 3.150 triliun, dibandingkan utang yang lebih kecil," pungkasnya.
Sumber: Kumparan