
Kepolisian Brasil menemukan sebuah dokumen yang mengusulkan langkah-langkah darurat untuk "koreksi" pemilu pada Oktober 2022 lalu.
Dikutip dari AFP, penyelidik kepolisian menemukan dokumen itu di rumah mantan Menteri Kehakiman Anderson Torres, dengan subjek surat perintah penangkapan Mahkamah Agung atas dugaan "kolusi" dengan massa perusuh pendukung Jair Bolsonaro yang menjarah Ibu Kota Brasilia pada akhir pekan kemarin.
Di bawah pemerintahan Presiden Lula da Silva, Torres sempat menjabat sebagai Kepala Keamanan Ibu Kota Brasilia, yang menjadi sasaran kerusuhan akhir pekan lalu. Torres pun telah dipecat karena dianggap gagal menjaga keamanan ibu kota.
Berdasarkan pemberitaan surat kabar Folha de S. Paulo pada Kamis (12/1), draf surat tersebut meramalkan "keadaan pembelaan" untuk Pengadilan Pemilihan Tinggi (TSE).
Tujuannya, katanya, adalah "mempertahankan dan segera memulihkan transparansi dan koreksi proses pemilihan presiden 2022".
Surat tersebut juga menyebutkan pembentukan "komisi pengaturan" pemilu yang terdiri dari delapan pejabat Kementerian Pertahanan dan sembilan orang lainnya untuk mengambil alih fungsi pengawasan pemilu dari TSE.
Draf yang tidak bertanggal dan tidak ditandatangani itu mencantumkan nama Bolsonaro di bagian bawah.
Meski demikian, Polisi Federal menolak berkomentar terkait kasus itu sambil menunggu penyelidikan yang sedang berlangsung.
Torres, yang berada di Amerika Serikat sejak sebelum kerusuhan, lewat akun Twitternya mengatakan dokumen itu "kemungkinan" bagian dari tumpukan dokumen lain di rumahnya yang seharusnya dihancurkan.
Ia juga menambahkan isi draf tersebut telah diambil "di luar konteks" untuk "memberi makan narasi palsu" terhadapnya.
Ribuan orang yang disebut "bolsonaristas" menyerbu kompleks kepresidenan, Mahkamah Agung, dan gedung Kongres di Ibu Kota Brasilia pada Minggu (8/1). Mereka memecahkan jendela dan furnitur, menghancurkan karya seni yang tak ternilai, dan meninggalkan pesan grafiti menuntut kudeta militer.
Baik Torres dan Bolsonaro membantah terlibat dalam aksi tersebut.
Bolsonaro selama bertahun-tahun meragukan keandalan sistem pemilu Brasil yang dipuji secara internasional, dan menyatakan tidak akan menerima kekalahan dalam putaran kedua pada 30 Oktober 2022 melawan Lula.
Bolsonaro juga tidak pernah secara terbuka mengakui kemenangan Lula dan meninggalkan Brasil menuju AS, dua hari sebelum pelantikan penggantinya.
Sementara Torres diharapkan untuk segera kembali ke Brasil untuk menghadapi dakwaan terhadapnya.
Sumber: Kumparan