Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, akan mengunjungi China pada 5-6 Februari mendatang. Hal itu diumumkan saat Presiden AS, Joe Biden, bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, di sela-sela KTT G20 di Bali, November 2022 lalu.
Rincian kegiatan lawatan yang telah lama ditunggu ini diungkapkan oleh seorang pejabat AS pada Selasa (17/1). Pejabat yang merahasiakan namanya itu menyebut Blinken akan tiba di Ibu Kota Beijing pada 5 Februari, dan melakukan kegiatannya di hari berikutnya.
Rencana perjalanan ini akan tetap direalisasikan meski ada kekhawatiran akibat lonjakan kasus COVID-19 di China. Jika perjalanan ini sukses, maka Blinken akan menjadi Menlu AS pertama yang mengunjungi China sejak lawatan mantan Menlu AS dari Partai Republik, Mike Pompeo, pada Oktober 2018 lalu.
Pompeo yang dikenal akan kritiknya yang blak-blakan terhadap China berhenti sejenak di negara tersebut setelah berbicara dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, di Pyongyang.
Juru bicara Kemlu China, Wang Wenbin, menyambut baik rencana perjalanan Blinken. Dia berharap Blinken akan mewujudkan harapan Xi dan Biden dengan membantu mendorong hubungan kedua negara "kembali ke jalur pembangunan yang sehat dan stabil".
Ketegangan antara Washington dan Beijing melonjak setelah kunjungan kontroversial Nancy Pelosi, yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPR AS, ke Taiwan pada Agustus 2022. Meski AS tidak mengakui kemerdekaan pulau tersebut, namun mereka tetap ingin mempertahankan hubungan de facto dengan Taiwan.
AS memiliki undang-undang yang mewajibkannya menentang pengambilalihan paksa Taiwan oleh China. Sebagai tanggapan atas tindakan Pelosi, China menggelar latihan perang di dekat Taiwan.
Blinken memperingatkan, China mungkin sedang mempertimbangkan invasi ke Taiwan. Dia menjelaskan, perjalanan mendatang pun bertujuan menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dengan China.
"Apa yang tidak kami inginkan adalah kesalahpahaman mengarah pada konflik," ujar Blinken, dikutip dari AFP, Rabu (18/1).
Blinken menambahkan, pemerintahan Biden berkomitmen membendung ketegangan untuk "mengelola hubungan ini secara bertanggung jawab:, termasuk dengan menemukan bidang kerja sama potensial seperti perubahan iklim dan kesehatan global.
"Kami tidak mencari konflik. Kami akan mengelola persaingan secara bertanggung jawab, tetapi kami akan bersaing dengan penuh semangat," pungkasnya.
Sumber: Kumparan