
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengungkapkan penutupan perdagangan bursa saham Eropa di 2022 brutal.
Mahendra menjelaskan kondisi brutal yang dimaksud karena pasar Eropa turun akibat perang di Ukraina, inflasi yang tinggi serta kebijakan moneter yang ketat. Situasi ini berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia.
"Salah satu media keuangan internasional menggambarkan suasana penutupan perdagangan bursa saham Eropa tanggal 30 Desember 2022 yang berjudul 'European Stock’s Lower, Ending a Brutal Year on the Weak Now'. Ini jauh berbeda dengan suasana yang kita alami, tiga hari lalu kita menutup Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2022," kata Mahendra saat membuka perdagangan BEI 2023 di Gedung BEI, Senin (2/1).
Mahendra menyebut, kinerja pasar modal jauh lebih baik dibanding negara-negara di Eropa dan Asia. Peningkatan kinerja IHSG juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah investor ritel di Indonesia menjadi 10,30 juta SID atau meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.

"Jumlah investor ritel ini didominasi oleh investor domestik sebesar 55 persen dan didominasi investor berusia di bawah 30 tahun sebesar 58,74 persen," ujar Mahendra.
Mahendra menegaskan prioritas pasar modal Indonesia ke depannya yaitu peningkatan integritas, akuntabilitas dan kredibilitas. Dengan kondisi yang positif ini, diperkirakan peningkatan investasi di Pasar Modal Indonesia akan terus membaik di 2023.
“Maka tidak ada istilah wait and see bagi investasi indonesia. It’s all about investment, investment, investment. Kita harus menguatkan itu dan kita dorong momentumnya,” tutur Mahendra.
Sumber: Kumparan