
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, kembali memberikan tanggapan soal program Petani Milenial yang sedang menjadi sorotan. Gubernur yang akrab disapa Emil itu menyebut, persentase kegagalan dari program Petani Milenial begitu kecil dan lebih banyak keberhasilannya.
Dia menyayangkan keberhasilan yang dihasilkan dari program itu justru luput dari sorotan media.
"Petani Milenial itu ada yang gagal, ada yang berhasil. Tahun 2021 ada 560 yang gagal, tetapi yang berhasil 1200-an, tapi lebih banyak yang berhasilnya. Media jarang meliput yang berhasilnya, sekalinya ada yang gagal seolah-olah seluruh Petani Milenial tidak berfungsi dengan baik," kata dia di Gedung Merdeka, Kota Bandung, pada Jumat (3/2).
Emil juga meminta kepada media agar meliput secara adil. Dia kemudian menjelaskan bahwa tujuan utama dari program itu adalah meregenerasi petani. Sebab, profesi itu dinilainya sudah mulai ditinggalkan oleh pemuda. Melalui program itu, para pemuda, pengusaha, dan dapat dipertemukan.
"Kami hanya mengawinkan tiga pihak yaitu petani, perbankan, dan pembeli," ujar dia.
Dalam perjalanannya, kata Emil, wajar apabila terdapat dinamika sebagaimana yang menuai sorotan baru-baru ini ketika offtaker tak dapat mengirimkan hasil budi daya karena terdampak efek perang antara Ukraina dan Rusia.
"Saya minta objektiflah, yang berhasil lebih banyak dari pada yang gagal. Yang gagal 30 persen datanya, yang berhasil 70 persen. Tolong wawancara juga 70 persen, tidak hanya yang memviralkan 30 persen," tandas dia.
Peserta Petani Milenial Mengeluh

Sebelumnya, salah seorang peserta Petani Milenial, Rizky Anggara (21) mengatakan bahwa dirinya dan peserta lain yang tergabung ke dalam angkatan pertama program Petani Milenial harus dikejar utang bank usai mengikuti program.
Selama setahun program berjalan, Rizky mengatakan para Petani Milenial sudah empat kali memanen hasil dari budidaya tanaman hias dengan nilai penjualan mencapai angka sekitar Rp 1,3 miliar. Namun, hasil panen yang harusnya diterima oleh para petani milenial itu tak kunjung dibayar oleh CV. Minaqu Indonesia.
Sementara itu, di sisi lain, para peserta dikejar utang oleh bank. Menurut Rizky, tiap peserta ditagih utang oleh bank senilai Rp 50,2 juta. Dengan tak dibayarnya hasil panen, dia mengaku kebingungan untuk membayarkan utang ke bank tersebut. Dia sudah mengadu ke Pemprov Jabar soal permasalahan itu tapi Pemprov Jabar disebutnya seakan lepas tangan.
Namun ia kemudian mengklarifikasi. Menurutnya tidak ada peserta Petani Milenial yang ditagih utang oleh Bank Jabar Banten (BJB) secara langsung atau didatangi ke rumahnya.
"Saya klarifikasi sekarang, dari awal pun tidak ada yang ditagih oleh bank secara langsung," kata Rizky, Jumat (3/2).
Di sisi lain, Rizky mengaku bersyukur karena Pemprov Jabar kini telah menindaklanjuti kasus yang dialaminya secara serius. Dia berharap persoalan yang dia keluhkan via media sosial itu dapat segera diselesaikan.
"Saya sangat mengapresiasi keseriusan dari Pemprov Jabar menyelesaikan masalah yang saya hadapi dan teman-teman Petani Milenial tanaman hias," ucapnya.
Sumber: Kumparan